Bersama Linda
Namaku Tarsih, lengkapnya Tarsih Julini. Umurku
kini 42 tahun, tapi karena selalu kurawat tubuhku maka masih tampak
segar. Aku termasuk perempuan yang berasal dari sebuah desa di
Karawang. Aku menikah dengan Amri pada usia 22 tahun, suamiku kini
telah berusia 51 tahun, ia seorang yang termasuk sukses sehingga mampu
menghidupiku lebih dari cukup. Hingga saat ini kami belum dikaruniai
anak. Entah, mungkin karena itu pula maka suamiku jadi sering
selingkuh. Meskipun pada awalnya sembunyi-sembunyi, akhirnya aku tahu
sejumlah pacar-pacar suamiku.
Awalnya memang sangat menyakitkan, tapi lama kelamaan aku tak ambil
peduli lagi. Aku tak mau ambil pusing soal Amri dengan pacar-pacarnya.
Yang menggelisahkan, adalah kenyataan ia jadi jarang menghampiriku,
bahkan pada empat bulan terakhir ini ia sama sekali tak menyentuhku.
Padahal awal perkawinan kami termasuk harmonis dan selalu hangat dalam
percintaan. Aku sendiri amat menikmati seluruh pengalaman percintaan
dengan Amri, karena itu pula aku tak pernah sungkan untuk melayani
segala keinginan Amri karena aku memang menyukainya. Sebagai perempuan
kampung bahkan dari Amri-lah kemudian jadi tahu berbagai gaya dalam
melakukan hubungan sex.
Ya, sekali lagi, aku akhirnya tak peduli dengan pacar-pacarnya
suamiku, tapi yang paling menyedihkan adalah keengganannya
menyetubuhiku lagi. Padahal tubuhku nyaris tak ada yang berubah, sejak
diperawani oleh Amri aku masih tetap langsing. Atas saran Amri pula aku
rajin mengikuti fitness dan mengikuti kegiatan olahraga lainnya. Bahkan
dibanding dulu waktu perawan, payudaraku kini termasuk besar.
Tetangga dan beberapa kenalanku sering bilang aku ini sexy,
terutama ketika mereka memperhatikan payudara dan pantatku yang
tergolong besar. Wajahku pun rasanya masih tetap sebagai bunga di kota
B, yaitu kota tempat tinggalku sekarang. Malah karena aku kian matang,
aku pun tahu sebetulnya banyak laki-laki yang suka melirikku. Sejauh
ini aku tak pernah menggubris mereka, di lain pihak sebagai perempuan
dari kampung aku masih tetap cenderung pemalu.
Sampai suatu ketika, terjadilah perubahan pada diriku yang amat
luar biasa. Inilah kisahnya, sebuah kisah nyata yang betul-betul
terjadi pada diriku, kisah yang membawaku ke berbagai petualang sex
yang mengasyikan.
*****
Sore itu seusai fitness aku pulang bersama Linda yang menumpang di
mobilku, di tengah jalan Linda memutuskan untuk ikut ke rumahku.
"Untuk sekadar minum juice sambil membuang rasa penat," katanya.
Tentu saja aku tak menolak, bahkan gembira sebab pasti seperti
biasanya kalau pulang sendiri begitu tiba akan langsung disergap sepi.
Begitu tiba di rumah, setelah parkir kami langsung menuju beranda
di belakang yang menghadap kolam renang ukuran kecil. Tubuh masih
berkeringat sisa fitness tadi, Linda merebahkan diri di kursi malas dan
aku di kursi di depan sebuah meja bulat yang berpayung besar. Segera
kupanggil Komar, pembantuku, untuk membuatkan dua gelas juice tomat
kesukaan kami.
Begitu Komar pergi, aku segera melepas pakaianku hingga tinggal
baju senamku yang melekat ketat di tubuhku. Begitu pula Linda, ia
melepas kancing-kancing bagian depan pakaian terusannya, tidak
melepasnya melainkan masih dalam posisi berbaring ia membukanya
lebar-lebar. Maka tampak terbukalah kini tubuh Linda yang hanya
tertutup CD supermini dan BH yang hanya menutup separo buahdadanya. Ia
memejamkan mata menikmati kesantaiannya. Diam-diam dan tak biasanya,
mataku memandang dan menikmati keindahan tubuh Linda. Saat itulah Komar
datang mengantarkan dua gelas minuman, dan karena tahu majikannya
sedang santai maka ia pun segera dengan malu-malu kembali lagi ke dalam
rumah.
Aku meneruskan memandangi tubuh Linda, tiba-tiba muncul dorongan
keinginan yang kuat sekali untuk meraba tubuh Linda yang masih
tergolek. Dasar pemalu, aku tak berani menghampirinya melainkan hanya
meraba tubuhku sambil membayangkan sedang meraba-raba Linda. Tangan
kiriku kueluskan di atas paha yang masih tertutup pakaian senam yang
ketat, sementara tangan kananku mengelus payudaraku yang juga masih
tertutup baju senam. Terus terang, di saat-saat kesepian ditinggal
Amri, sesungguhnya aku sering melakukan ini sendirian. Tapi saat ini
sambil memandangi Linda, sungguh perasaanku amat lain, ada rangsangan
yang jauh lebih hangat dan tentu saja tidak lagi dalam perasaan sepi.
Saking minimnya CD Linda, kulihat ada bulu-bulu kemaluannya yang
keluar dari pnggir-pinggir CD-nya. Dengan menatapnya, timbul keinginan
untuk melihat dalam keadaan sepenuhnya telanjang. Saat itu pula
kuselipkan tangan kananku ke balik baju senamku, karena tak memakai BH
maka langsung jari telunjuk dan jari tengahku menyentuh puting-puting
susuku yang ternyata sudah mengeras. Menyusul kemudian tangan kiriku
lewat lobang pakaian di bagian perutku, nyelip masuk merogoh langsung
ke arah kemaluanku. Kuraba-raba bulu-bulu kemaluanku sambil
membayangkan bahwa yang kuraba adalah bulu-bulu kemaluan Linda. Ada
perasaan geli dan bergejolak rangsangan luar biasa ketika jariku mulai
menyentuh bagian atas bibir kemaluanku, saat itu pula tak tahan lagi
aku menjepit puting susuku sambil meremas-remas payudara kiriku.
Tak tahan lagi, jari-jari tangan kiriku pun terus meluncur sampai
di celah memekku yang ternyata sudah terasa basah. Aku
menggosok-gosoknya dengan lembut di sana. Dengan agak susah karena
terhimpit baju senam yang ketat, celah memekku itu sedikit aku rekahkan
hingga kujumpai kelentitku. Jempolku dengan lembut menggosok-gosok
kelentit, sementara dua jari telunjuk dan jari tengahku sedikit
kumasukan ke dalam memek, setelah itu secara simultan aku
maju-mundurkan; dua jari keluar-masuk sementara jempolku tetap
menggosok kelentit.
"Ohh.. emhh..," tak tahan lagi aku melenguh lembut, sementara
tangan kananku kian ganas meremas payudaraku bergantian dari kanan ke
kiri.
"Ohh.. ahh..," saking nikmatnya maka tanpa sadar lenguhanku keluar agak keras.
Aku sama sekali tak tahu kalau Linda terbangunkan oleh suaraku. Ia
sedikit membuka matanya kemudian mengintip apa yang sedang kulakukan.
Karena tidak tahu dan karena nafsuku sudah kian naik, maka kocokan di
memekku dan remasan tangan di buahdada-ku pun kian ganas. Dua jariku
kian dalam melesak di memekku terus keluar-masuk, keluar-masuk,
keluar-masuk.. Ahh.. Dan untuk masuk lebih dalam lagi, maka aku harus
sedikit merunduk, dengan begitu dua jariku seluruhnya tenggelam,
kujepitkan memekku hingga dinding-dinding dalamnya meremas jari-jariku.
Saat merunduk itu pula, Linda yang dari tadi ngintip mulai bereaksi.
Dengan jempolnya ia kait BH mininya ke bawah hingga sekaligus
buahdada-nya terbebaskan. Ketika aku balik lagi bersandar di kursi
sambil tak melepaskan jariku yang tertanam di memek, kini kulihat Linda
pun sedang meremas-remas buah-dada telanjangnya. Sebelah tangannya lagi
pun tenggelam lewat pinggir CD supermini-nya, hingga tersingkap dan
terpampang jelaslah jarinya yang tertanam di memeknya itu. Ohh.. aku
malah bahagia dan tidak malu-malu lagi melihat pemandangan itu, dan
kini jadi tahulah bahwa Linda pun sesungguhnya mengikuti seluruh
adeganku.
"Linda, ohh.. ka.. kamu.. di.. diam-diam.. oh.." tak sanggup
kuteruskan kalimatku untuk menyapa Linda, gairah kenikmatan mengubur
kata-kataku yang berganti lenguhan-lenguhan. Tapi Linda rupanya tahu
maksudku.
"Ya.. ya.. teruskan Teh Tarsih.. aku pun terangsang melihatmu..
teruss kocok memekmu dengan jarimuu.. ohh kita sama-samaa..teruss..
ya.. ya.. dari tadi aku lihat.. kamu gatel, yaa.. kamu pengen
dientott..," kata Linda yang juga sambil terengah-engah.
"Be.. betul Linda.. akuu.. pengen dientot pake kontoll.. sudah
empat bulan memekku kedinginanan Lindaa..," kataku sambil agak aneh
juga karena sebelumnya tak pernah mengeluarkan kata-kata cabul di
hadapan orang lain.
"Aku juga, aku ingin kontol gede yang keras menggenjot memekku..
ohh," desah Linda sambil terus kian ganas memaju-mundurkan jarinya di
memeknya.
Melihat gelagat yang kian panas, aku pun jadi tak malu-malu lagi
menghampiri Linda. Sambil jongkok kuhampiri langsung memeknya yang
sedang mengentot jarinya sendiri. Sungguh terjadi aliran listrik
rangsangan yang luar biasa ketika pertama kali kusentuhkan jariku di
sana. Semula ada gerakan Linda yang mau mencabut jarinya, tapi kutahan
agar tetap tertanam di sana. Linda pun mengerti kemudian melanjutkan
kocokan di memeknya sendiri. Aku pun lebih mendekat lagi, kepalaku
merunduk menghampiri gundukan munggil dan ternyata bibirnya cukup tebal
itu.
Dengan jariku sedikit kubantu menguakan lagi CD-nya hingga semakin
jelas benda merangsang itu tampil di hadapku. Celah memeknya pun
kurekahkan lagi hingga kelentitnya tak terhalang lagi, langsung
kuhampiri dan kujilati tepat di kelentitnya yang ternyata sudah
menggumpal begitu keras. Terlihat jelas pula jari atau pun dinding luar
bibir memeknya sudah begitu basah oleh cairan licin yang keluar dari
dalam memeknya. Linda menggelinjang sambil mendesah nikmat ketika
kelentitnya kujilat.
"Ahh.. sshhss.. ohh.. teruss.. enakk.. terus jilati di situ," desahnya.
Sambil terus kujilati, aku bilang padanya, "Kita teruskan di dalam saja, yuk, Linda..," ajakku.
"I.. i.. iyaa, aku pun pengen segera melihat Teh Tarsih bugil.. aku
ingin sekali nyedot puting susu buah dada Teh Tarsih yang besar dan
merangsang ituu.. Ohh, tapi teruskan dulu menjilat di situu," jawab
Linda sambil tak lepas-lepasnya mengentotkan jari di memeknya sendiri.
Tanpa sepengetahuan kami, ketika seluruh adegan itu terjadi
ternyata Si Komar ngintip di balik pohon sambil ngocok kemaluannya.
Kami pun akhirnya beranjak menuju kamar, Komar yang belum sampai di
puncak klimaks terlihat kecewa. Dari arah belakang ia mengendap
mengikuti kami ke kamar. Saking bernafsunya, kami lupa menutup pintu
kamar melainkan langsung naik ke ranjang dan saling melucuti sisa
pakaian kami.
Kini tubuhku sudah telanjang bulat, begitu pula Linda. Kedua
buahdada-ku yang besar langsung menjadi sasaran emutan Linda. Seperti
bayi, ia begitu menikmati sedotan di buah-dadaku. Aku pun merasa
bahagia sekali menerima sedotannya, maka kulakukan serangan balik
dengan menggerayangi memek Linda yang kini sudah sepenuhnya telanjang.
Jariku tak mengalami kesulitan untuk langsung melesak di memeknya yang
sedari tadi sudah banjir cairan licin.
"Ahh..," desah Linda dengan mulut yang masih tersumbat puting susuku ketika jariku mulai tertanam di memeknya.
Diam-diam tangan Linda pun ternyata mencari-cari sasaran di memekku
dan terasa menemukan lobangnya dan "Slepp.." jarinya pun melesak di
lobang hangat memekku.
"Ohh..," desahku ketika jarinya tenggelam dan langsung dikocokannya.
Setelah sekitar tujuh menit kami dalam posisi berdiri di atas lutut
sambil saling mencium mulut dan payudara masing-masing, otomatis tanpa
kata-kata kami beralih posisi ke posisi 69. Linda menindihku dengan
mengarahkan memeknya tepat di mukaku. Kini betul-betul memeknya itu
tepat di hadapan, kelihatan masih begitu ranum, maklum Linda masih
berumur 24 tahun dan belum lagi kawin. Tapi melihat kelihaiannya saat
ini menggarapku, aku yakin Linda sudah sangat berpengalaman di tempat
tidur.
"Oohh.. ahh.. uhh..," jeritku tiba-tiba ketika kurasakan Linda
menyedot-sedot kelentitku begitu ganas, sementara jarinya dengan
gerakan kian cepat menyodok-sodok lobang memekku. Aku pun dalam posisi
terlentang melakukan serangan yang sama, kuusahakan jari-jariku bisa
masuk sedalam-dalamnya di memek Linda. Agak sulit, tapi kuusahakan pula
agar bisa menjilat-jilat dan menyedot-sedot kelentitnya.
"Aaiiyy.. ohh.. uhh.. sedapnyaa.. Teh Tarsih, teruss.. terus..
jangan berhentii.. kayaknya Linda sudah mau sampai puncakk. Ohh..
lobang memek Teh tarsih pun sudah basah sekali.., aku isap-isap
cairannya.. asyikk.. dan licin sekali.. basah sekali Teh Tarsihh,"
jerit dan kicau Linda dengan pantat bergoyang-goyang.
"I.. i.. yaa, Lindaa.. Teh Tarsih pun rasanya sudah hampir
keluarr.. Kocok teruss.. ohh aahh.. ohh aahh.. ohh aahh.. teruss..
sayangg.. sedott teruss di keelleennittnyaa.. ohh.. Linda.. saya
keluarr.. Ohh, nikmatt," aku betul-betul mencapai puncak orgasme.
Maka aku pun segera seperti memiliki tanggungjawab untuk mengantar
Linda mencapai puncak kenikmatannya. Segeralah saya melakukan apa yang
telah diberikan Linda kepadaku. Kocokan jariku di memeknya kupercepat,
dengan sekali berguling kini tubuhku berada di atas tubuh Linda, dengan
begitu maka aku lebih mudah lagi untuk menggigit-gigit kelentitnya
dengan gemas.
"Ohh.. Teh Tarsihh.. enak sekalii.. ohh aahh.. ohh aahh.. ohh
aahh..," desahnya seirama genjotan jariku di memeknya, "Terus.. Teh
Tarsih teruss.. jangan berhenti.. entot terus.. ohh aahh.. ohh aahh..
ohh aahh.. ohh..," akhirnya lenguhan panjang terdengar begitu keras,
Linda mencapai orgasme ditandai tubuhnya yang tadi tegang kini melemas
dan pasrah tak berdaya. Kami pun akhirnya terlentang di ranjang
mengenang kenikmatan yang baru saja teralami.
Masih tanpa sepengetahuan kami, Komar ternyata meneruskan kegiatan
mengocok kontolnya sendiri di balik pintu kamar yang terbuka. Meskipun
tak terlalu dekat, ia bisa melihat adegan kami dengan leluasa, termasuk
dengan jelas mendengarkan ocehan dan lenguhan kami. Dengan bantuan
ludahnya yang berkali-kali diulaskan ke tangannya ia mengocok kontolnya
yang sudah super tegang, hingga mengalami orgasme bersamaan dengan
orgasmenya Linda. Tak ayal spermanya berceceran di mulut pintu kamarku.
Setelah itu Komar cepat-cepat berlalu karena mungkin takut ketahuan.
Sementara sambil melepas lelah dengan tubuh kami yang masih telanjang, Linda memilin-pilin puting susuku.
"Susu Teh Tarsih ini merangsang sekali.. aku pun ingin punya susu sebesar ini," katanya dengan gemas.
"Ah, kamu ini Linda..," jawabku merasa tersanjung.
"Betul, Teh Tarsih.. pantat dan memek Teh Tarsih pun asyik sekali," kata Linda pula.
"Ah, nggak begitu, buktinya Amri meninggalkanku," kataku merendah.
"Itulah anehnya.. memek, pantat, dan payudara sebegini bagus, kok ditinggal begitu saja?" tanya Linda.
"Eh, apa Linda sudah sering main dengan sesama perempuan?" tanyaku penasaran.
"Yaa.. Teh Tarsih ini ketinggalan zaman.. Kawan-kawan kita di
fitness sudah semuanya mengalami ini.. tapi kami sama-sama masih
menikmati pula hubungan kelamin dengan laki-laki. Istilahnya bi-sex,
Teh Tarsih," jelas Linda.
"Bi-sex, jadi main dengan perempuan OK dan dengan laki-laki pun OK?" tanyaku masih dengan nada bloon.
"Ya, begitu, malah pernah dilakukan secara bersamaan," jawab Linda cepat.
"Main dengan laki-laki sekaligus dengan perempuan? Oh, kayaknya
asyik.. aku sih yang begini saja baru pertama.. gimana bisa begitu,
Linda?" tanyaku semakin penasaran.
"Wah, dengan tubuh Teh Tarsih yang masih sintal sih gampang saja,
sebentar keluar pun akan didapat pasangan.. malah bisa lebih dari satu.
Buktinya Si Lily yang gemuk itu, hampir tiap minggu ganti-ganti
pasangan..," jawab Linda dengan santainya.
"Si Lily teman kita yang Chinese yang baik hati itu?" tanyaku dengan perasaan semakin ketinggalan zaman.
"Betul, eh, Teh Tarsih mau coba? Kalau mau saya antar?" tanya Linda.
Ingat lagi kepada kesepianku yang berlarut berbulan-bulan, tentu
saja ajakan Linda ini membuatku bergejolak meski terasa teramat
menegangkan.
"Aku berselingkuh dengan laki-laki lain?" demikian pertanyaanku
berulang-ulang muncul di kepala. Tapi sementara itu pula aku tak bisa
memungkiri kebutuhan dan dorongan sexualku yang sudah tak tertahankan
lagi.
"Boleh juga, sih!" jawabku singkat.
"Nah, kalau mau kita atur, deh.. tenang saja.. dijamin kita akan
main dengan laki-laki yang clean.. aku pun nggak mau sembarangan Teh
Tarsih," tegas Linda.
Setelah itu kami bergegas mandi bersama-sama di kamar mandi yang
ada di kamarku. Berias sedikit, memakai lagi pakaian, dan segera
meninggalkan kamar untuk memulai perburuan. Tiba di mulut pintu, kakiku
yang belum bersepatu menginjak lendir cairan kental. Begitu dicolek
kami pun segera tahu bahwa itu adalah cairan sperma yang belum
mengering. Aku dan Linda saling pandang dan sempat risih, tapi kemudian
tertawa cekikikan. Segera pula aku bisa menduga bahwa itu spermanya
Komar. Ini akan menjadi cerita tersendiri, sementara ini aku sudah
tidak sabar lagi ingin menjalani petualangan bersama Linda.
E N D
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
18927